Artian Cinta
Dimas Yulian Ashari
Dimas Yulian Ashari
Hati ku hancur
malam ini. Mendengarkan semua ceritamu, cerita bahagiamu. Namun kali ini bukan
cerita tentang hari-harimu, bukan cerita tentang petualanganmu. Malam ini kamu
membawakan dongeng pengantar tidur tentang perasaan mu, tentang hati yang
sedang jatuh cinta. Dengan orang lain, dan itu bukan aku.
Ternyata aku salah. Aku kira kamu bisa merasakan bahwa aku sayang kamu setelah semua sikapku kepadamu selama ini. Maaf, aku benar-benar bodoh berharap kamu juga punya rasa yang sama sepertiku. Karena ternyata kamu hanya menganggapku sebagai sahabat, tak lebih. Maaf aku menyayangimu dalam kediamanku. Maaf ya, Karin.
Ternyata aku salah. Aku kira kamu bisa merasakan bahwa aku sayang kamu setelah semua sikapku kepadamu selama ini. Maaf, aku benar-benar bodoh berharap kamu juga punya rasa yang sama sepertiku. Karena ternyata kamu hanya menganggapku sebagai sahabat, tak lebih. Maaf aku menyayangimu dalam kediamanku. Maaf ya, Karin.
Semua ceritamu tentangnya seperti kanker bagiku, yang terus menerus menggerogoti seisi hatiku. Semakin lama, rasa sakit yang kuderita semakin akut. Dan kamu tak pernah tahu tentang itu, tak pernah sedikitpun. Mungkin hanya aku dan Tuhan yang tau. Karin, setiap malam aku berharap agar kamu bahagia, namun tak ku sangka hal yang membuatmu bahagia justru melukai diriku sendiri. Aku sungguh ingin kamu tahu bahwa aku sayang kamu.
Aku benar-benar memperhatikan wajahmu saat kamu bercerita semua tentang dia, orang yang kamu puja. Kamu nampak berbeda, wajahmu bercahaya seperti taburan berlian yang di terpa sinar purnama, dan itu benar-benar indah. Sesuatu yang tak pernah bisa ku temukan selama ini, selama kau menceritakan semua kehidupanmu kepadaku.
Sementara kamu
menceritakan semua tentang kalian berdua, aku disini tak bisa menahan lagi
bendungan air mata yang ingin segera menetes ini. Kuputuskan untuk menutup
vidio call kita. Dan kubilang saja padamu bahwa dirumahku listriknya sedang
padam. Yah, aku memang jago berbohong ya.. Termasuk membohongi diriku sendiri
bahwa aku turut bahagia mendengar semua ceritamu.
Karin,
bukankah aku pernah menulis sebuah puisi yang telah kutunjukkan kepadamu? Saat
itu aku meminta pendapatmu, dan kamu menyukainya. Tapi, mungkin kamu tak pernah
sadar bahwa semua yang aku tulis untuk kamu. Semua hidupku untuk mu..
Aku Sebatas Kau
Kau adalah cahaya batas warna.
Kau cerita batas masa.
Kau mungkin mimpi batas logika.
Aku memujimu, tak terbatas oleh rasa.
Mengagumimu melampaui batas
kemungkinan.
Semua yang melebihi batas
kewajaran.
Aku cinta kau, tak dibatasi rincian
teori dilatasi.
Artianmu lebih luas dari semua
batas yang tercipta.
Kau bagiku, tak terbatas oleh
arti kata selamanya.
Dimalam-malam yang berikutnya, kau tetap bercerita tentang semua perasaanmu kepadanya. Aku benar-benar sedih, tapi kamu memang berhak mendapatkan yang lebih baik. Dan mungkin dia lah yang terbaik untuk hidup indahmu, bukan aku..
Hari berganti hari, waktu terus berlari meninggalkan apa-apa yang tak mampu mengejarnya. Seperti aku yang kehilangan jejak waktu, untuk mengejar kemanapun kamu berlari. Maaf aku yang terlalu lemah.
Sekian lama aku menemani semua cerita-cerita tentang kehidupanmu, aku rasa kenyataan bahwa kamu memilihnya untuk menjadi pendamping hidupmu adalah cerita yang paling menyakitkan yang pernah aku dengar. Meski aku tetap tersenyum untukmu dan mengucapkan “aku turut bahagia”. Namun, aku benar-benar sakit. Jauh di dalam hatiku aku kehilangan kehidupanku.
Ikatan pernikahanmu dengannya tak bisa menahan rasa ini, malah semakin aku sadar bahwa aku mencintaimu lebih dari yang bisa ku pahami. Tak sebatas ingin memiliki ragamu, aku mencintai mu lebih dari untuk mendapat imbalan cinta darimu. Aku hanya mencintai, dan tak inginkan kau tahu. Hanya sebatas mencintaimu.
Karin, bahkan sampai sekarang aku masih mencintaimu. Orang yang telah menjadi milik orang lain selamanya. Dan aku tak ingin berdamping dengan orang selain dirimu, jadi aku akan tetap disini sendiri menunggumu. Menunggu orang yang tak akan pernah menjadi milikku.
Inilah artian cintaku, Karin. Serpihan rasa yang kuceritakan untukku seorang, untuk diriku sendiri. Dalam do’a ku meminta agar kamu selalu bahagia seperti kisah-kisah indah mu yang telah terukir di dalam setiap dongeng pengantar tidurku.
Dimalam-malam yang berikutnya, kau tetap bercerita tentang semua perasaanmu kepadanya. Aku benar-benar sedih, tapi kamu memang berhak mendapatkan yang lebih baik. Dan mungkin dia lah yang terbaik untuk hidup indahmu, bukan aku..
Hari berganti hari, waktu terus berlari meninggalkan apa-apa yang tak mampu mengejarnya. Seperti aku yang kehilangan jejak waktu, untuk mengejar kemanapun kamu berlari. Maaf aku yang terlalu lemah.
Sekian lama aku menemani semua cerita-cerita tentang kehidupanmu, aku rasa kenyataan bahwa kamu memilihnya untuk menjadi pendamping hidupmu adalah cerita yang paling menyakitkan yang pernah aku dengar. Meski aku tetap tersenyum untukmu dan mengucapkan “aku turut bahagia”. Namun, aku benar-benar sakit. Jauh di dalam hatiku aku kehilangan kehidupanku.
Ikatan pernikahanmu dengannya tak bisa menahan rasa ini, malah semakin aku sadar bahwa aku mencintaimu lebih dari yang bisa ku pahami. Tak sebatas ingin memiliki ragamu, aku mencintai mu lebih dari untuk mendapat imbalan cinta darimu. Aku hanya mencintai, dan tak inginkan kau tahu. Hanya sebatas mencintaimu.
Karin, bahkan sampai sekarang aku masih mencintaimu. Orang yang telah menjadi milik orang lain selamanya. Dan aku tak ingin berdamping dengan orang selain dirimu, jadi aku akan tetap disini sendiri menunggumu. Menunggu orang yang tak akan pernah menjadi milikku.
Inilah artian cintaku, Karin. Serpihan rasa yang kuceritakan untukku seorang, untuk diriku sendiri. Dalam do’a ku meminta agar kamu selalu bahagia seperti kisah-kisah indah mu yang telah terukir di dalam setiap dongeng pengantar tidurku.
Kamu bagiku, tak terbatas arti
kata selamanya...
0 comments:
Post a Comment