Powered by Blogger.
RSS

Pages

Aku Memilihmu


Aku Memilihmu
Dimas Yulian Ashari

“Malam ini hujan turun lagi..”
“Bersama kenangan yang mungkin luka dihati..”
“Luka yang harusnya dapat ku obati..”
“Yang ku harap tiada penat terjadi..”

Ya, malam ini memang gerimis menyentuh tubuh bumi dengan lembut. Sedangkan kami hanya duduk di sini dan menyanyikan lagu-lagu yang dia suka. Dengan gitar ku dan merdu suaranya, malam ini terasa lebih hangat dibandingkan selimut tebal. Meski malam ini bulan bersembunyi di balik hujan, aku tetap bisa menikmati wajahnya dari sini. Tetap indah, meski tak bermandikan cahaya bulan.

Ditengah keindahan nyanyiannya, tiba-tiba senar gitar yang kumainkan putus.
“Aduh.. putus” Keluhku.
“Nomer berapa yang putus?” Dia berhenti bernyanyi.
“Nomer 2. Punya cadangan gak?” Tanyaku setengah kesal.
“Wah.. Aku punyanya nomer 1. Ya udah gak apa-apa deh”

Dan akhirnya kami berbincang lama sekali. Tentang kehidupan, tentang hal-hal yang dia inginkan, tentang doa-doa kami untuk Sang Kholiq. Dia bahkan tak segan untuk menanyakan masa depan padaku. Tentang kehidupanku nantinya, tentang bagaimana hubungan kami di esok hari. Aku hanya tersenyum dan mulai menanyakan hal-hal yang kurasakan saat ini.

“Aku yakin kamu pasti akan bertemu orang-orang hebat diluar sana, orang-orang yang bahkan jauh lebih hebat dari aku. Jauh lebih, lebih dan lebih dari apa yang aku punya untuk mu. Dan aku gak akan membatasi kamu untuk memilih jalan hidup kamu.” Aku mulai menuangkan semua perasaanku pada pembicaraan kami.

“Dan aku sudah memilih pilihanku sejak lama. Kamu..” Balasnya dengan garis senyum mewarnai wajah manisnya.

Aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk gombal-gombalan. Dan aku membalasnya dengan serius, padahal selama ini aku orangnya gak pernah serius. Haha

“Aku tahu, aku mungkin gak bisa ngasih semua yang kamu butuhkan nantinya. Aku gak bisa menjadikan kamu ratu dalam kehidupanmu. Bahkan aku gak tau apakah nantinya kehidupanku akan mudah atau tidak, bahagia atau tidak."

Dia diam beberapa saat. Aku takut dia kecewa, jadi langsung saja ku tegaskan padanya. “Kalau memang kamu gak bisa buat. . . .”

“Aku hanya ingin jadi ratu mu di surga..” Aku bahkan tak sempat menyelesaikan kata-kataku.

“Aku bukan orang yang bisa terus menyayangimu. Suatu saat aku juga akan merasa bosan denganmu, aku akan lelah menyayangimu. Dan mungkin aku tak bisa memperhatikanmu dengan baik selamanya..”

“Aku pasti juga merasakan itu, tapi aku akan tetap menemani disisimu” Bahkan dia masih bisa tersenyum setelah kukatakan hal itu.

“Aku akan lebih memilih anak-anaku dari pada kamu.” Aku bahkan tak berani menatap wajahnya saat ini.
“Aku juga akan memilih anak-anakku. Dan aku juga memilih kamu..”

“Baiklah.. Aku bukan orang yang sempurna. Aku pemarah, pelupa, keras kepala. Dan aku bukan imam yang baik untuk orang sepertimu.”

“Aku juga bukan makmum yang baik. Tapi aku bersyukur kamu gak sempurna.” Katanya tegas.
Kemudian dia menambahkan, “Kamu gak akan butuh aku kalo kamu sempurna. Kamu akan memilih orang lain, dan bukan aku. Makanya aku gak pengen kamu jadi orang yang sempurna, agar aku bisa menyempurnakanmu.”

Kuhentikan semua pertanyaanku kepadanya, keraguan ini telah luluh dan aku telah benar-benar memilihnya. Dia memang bukan orang yang sempurna, tapi dia menyayangiku. Dan aku yakin orang yang menyayangiku akan menemaniku sampai ajal menemuiku. Orang yang menyayangiku tak mungkin meninggalkanku saat aku renta dan rapuh untuk bernafas. Orang yang menyayangiku akan tetap merawatku saat aku hanya bisa terbaring di ranjang kematianku.

Aku bahkan tak peduli lagi siapa dirinya. Aku hanya ingin membahagiakannya, menjadikannya ratu semampuku, menyayanginya meski tak bisa menyamainya. Aku ingin hidup lebih lama untuk membuatnya merasa bahwa dia mengambil arah yang benar. Aku ingin terus, terus, dan terus menyayanginya meski keriput dan uban terus tumbuh dalam wajahnya.

Aku ingin menyayanginya, sampai kapan pun begitu. Seperti hujan yang akan selalu menyentuh tubuh bumi dengan lembut. Tanpa ada pengharapan dia akan indah didalamnya. Seperti petikan gitar dan alunan suara merdu. Aku ingin menyayanginya tak sebatas penafsiran kata CINTA. Aku ingin menyayanginya tak sebatas ucapan doa. Lebih dari itu, dan lebih dari apapun yang dia panjatkan dalam setiap hembus nafasnya..
Aku memilihnya... Sudah memilihnya,,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment